Menjadi tamu Allah di Baitullah

Pada tahun 2010-2012 adalah tahun pembelajaran yang sangat amat luarbiasa yang diberikan Tuhan kepada saya. Hingga pada detik ini saya masih mampu untuk menulis artikel ini untuk saling berbagi tentang sedikit pengalaman hidup saya. Anugerah yang sangat saya syukuri masih diberi kehidupan oleh sang Ilah, masih bisa bernafas, masih bisa memiliki kemapuan untuk berbagi di tempat ini.

Sungguh anugerah yang sangat amat luarbiasapun sekarang Anda rasakan juga, hingga detik ini Anda masih dapat membaca tulisan artikel ini, artinya Anda dan saya masih sama-sama diberikan kehidupan oleh sang Ilah. Karena tidak sedikit orang yang pada hari ini di dunia sedang berkabung karena orang-orang yang mereka sayangi telah lebih dahulu bertemu dengan sang Ilah. Maka semua nikmat yang diberikannya sudah sepatutnya kita syukuri.

Pada pertengahan tahun 2010 yang lalu ada pengalaman luarbiasa yang saya dapatkan, waktu itu ada salah seorang dari keluarga saya terkena penyakit kanker kista, dan miom. Dan pada saat itu hampir saya kehilangan orang yang saya cintai tersebut akibat penyakitnya.

Ternyata penyakit yang dideritanya sudah lama ada di dalam tubuhnya namun baru terditeksi ketika penyakit maagnya semakin parah dan harus dibawa ke UGD di salah satu rumah sakit di Jakarta Timur. Ketika dikasih obat-obatan oleh sang dokter, ternyata penyakitnya tidak kunjung sembuh, sehingga keluarga saya memutuskan untuk  melakukan rontgen atas saran dari dokter.

Ketika cukup lama kami menunggu di rumah sakit mengunggu hasil dari Laboratorium. Dokter datang dan menghampiri kami serta membawa data-data hasil dari rontgen tersebut sambil menjelaskannya. Ternyata apa yang kami duga itu hanya penyakit maag kronis selama ini itu salah, karena ternyata hasil dari lab dan sesuai dengan penjelasan dari sang dokter ternyata itu berasal dari kanker kista, miom, dan usus buntu! Dan dokter menyarankan agar segera melakukan operasi secepatnya.

Tetapi ketika itu kami memilih untuk melakukan pengecekkan yang lebih mendalam lagi di rumah sakit yang berbeda untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, dan mendetil. Ternyata setelah 2 rumah sakit kami datangi hasil informasinya sama, dan dokter yang berbeda sama-sama juga menyarankan untuk melakukan operasi secepatnya. Alhasil kami memutuskan untuk mengambil keputusan agar segera melakukan operasi pada hari itu.

Cukup lama menunggu saya di rumah sakit, yang saya rasakan putaran waktu menjadi sangat amat lambat sekali. Pergantian detik, menjadi menit, menit menjadi jam sangat lama sekali untuk menunggu hasil operasi selesai. Di dalam hati saya ada rasa optimis bahwa akan ada kesembuhan, tetapi juga ada rasa pesimis mengingat operasi yang dilakukan ini cukup banyak mulai dari operasi untuk kanker kista, operasi untuk miom, dan operasi untuk usus buntu yang di mana itu dilakukan sekaligus, dengan waktu yang sangat amat terbatas. Di sana, saya berdoa, dan menyerahkan segala hasil akhir kepada-Nya.

Pertanyaan muncul di dalam hati “akankah saya melihat senyumnya kembali, atau ini adalah perjumpaan akhir dengannya?” Akhirnya setelah menunggu berjam-jam lamanya selesailah operasi tersebut. Dan beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya diperbolehkan untuk kembali ke rumah dengan catatan tidak boleh naik turun tangga selama 6 bulan, karena apabila terlalu banyak aktivitas jaitan bekas operasi bisa saja rusak, dan membahayakan dirinya.

Singkat cerita pada waktu itu Ayah saya sudah mendaftarkan diri untuk pergi haji, dan beberapa minggu kemudian pasca operasi Ayah harus mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan mengingat kondisi salah satu keluarga saya yang baru saja menjalankan operasi sempat terlintas dibenak ayah untuk tidak pergi haji pada saat itu.

Tetapi entah apa yang terjadi keajaiban pun hadir di keluarga kami, dengan semangat dan keyakinan yang tinggi bahwa dirinya sudah sembuh, beliau tetap menyuruh Ayah untuk tidak membatalkan keberangkatan untuk pergi hajinya. Mengingat 2 minggu lagi akan pergi haji, keluarga sibuk membantu untuk membeli perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan untuk di sana.

Dan wow! Beliau dapat melakukan sendiri mulai dari belanja di pasar tradisional untuk mencari cemilan dan makanan, naik turun tangga mall untuk berbelanja, dan banyak hal lainnya. Seakan-akan beliau sudah benar-benar sehat, dan tidak pernah operasi sebelumnya. Padahal faktanya baru saja beliau menjalani operasi besar.

Tiba saatnya untuk pergi haji dan menjadi tamu Allah di Baitullah. Kami mengantar beliau untuk pergi haji. Dan ketika melakukan haji, kami sempat mengkhwatirkan keadaannya, tetapi di telepon beliau sangat amat menikmati kegiatan ibadahnya di sana, seperti sudah sembuh sangat amat cepat, padahal apa yang dokter bilang tidak boleh naik turun tangga selama 6 bulan itu semua hanya angin lalu saja baginya.

Ini sangat amat luarbiasa, dan tidak masuk akal. Sungguh karunia yang sangat amat luarbiasa dari-Nya. Padahal pada beberapa minggu yang lalu baru saja saya merasakan akan menjadi anak piatu karena tidak memiliki seorang ibu lagi, tetapi sang Ilah memiliki cerita yang lain dan menjadikan semuanya bahagia pada saatnya. Terima kasih ya Allah atas semua karunia-Mu.

About The Author

Gabung Bersama +30.000 Pembaca Kami!

Daftarkan email anda untuk mendapatkan artikel terbaru dari Situstarget.com.

Proses pendaftaran hampir selesai, mohon cek email Anda dan Klik tombol konfirmasi.

Pin It on Pinterest

Share This