Sebelum melakukan perubahan pada situs WordPress yang memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Kamu bisa mengaktifkan maintenance mode pada situs WordPress.
Istilah dalam bahasa Indonesia yaitu mode pemeliharaan.
Pada mode ini, kamu bisa membatasi akses orang-orang tertentu saja yang bisa masuk dan keluar situs WordPress selama mode pemeliharaan aktif
Tanpa maintenance mode ini, pengunjung bisa saja kecewa saat mendatangi situs kamu, baik yang berasal dari saluran media sosial, mesin pencari, atau yang datang dari pengetikan domain melalui address bar browser langsung.
Dalam hati mereka:
Zonk nih situs...
Tampilannya kok eror gini, muncul kode aneh-aneh gitu…
Kok ga bisa diakses ya?
Hmm, berantakan nih situsnya!
Dst.
Dengan membuat sebuah halaman mode pemeliharaan, minimal mereka akan mendapatkan informasi bahwa memang benar situs WordPress kamu sedang ada perbaikan.
Syukur-syukur kalau kamu juga menginformasikan kapan waktu mode pemeliharaan ini akan berakhir.
Pengunjung pun bisa datang kembali pada saat situs sudah kembali normal.
Nah, sudah mulai paham nih pentingnya mode maintenance pada situs WordPress.
Yuk kita bahas lebih lanjut bersama.
Daftar isi
Apa Itu Maintenance Mode Pada WordPress?
Mode maintenance pada situs WordPress, selain menginformasikan bahwa situs sedang dalam masa perbaikan.
Pengunjung pun menjadi lebih tenang dan tidak menduga hal yang aneh-aneh.
Maksud dari menduga hal yang “aneh-aneh” itu seperti, a
Apa iya situsnya di hacked nih?
Atau mungkin sedang ada masalah besar pada situs ini?
Kayak kurang terpercaya nih situs?!
Dan dugaan ekstrim lainnya, yang bisa saja membuat reputasi brand kamu rusak karena opini liar tersebut.
Dengan membuat sebuah halaman baru pada situs WordPress, yang menyatakan bahwa situs sedang dalam mode pemeliharaan.
Hal ini bisa mematahkan opini liar di atas lho! Kurang lebih seperti ini halaman maintenance sebuah situs.
Pasti pernah lihat kan? Terlihat simpel memang, namun informasi lebih detail nantinya bisa kamu informasikan kepada pengunjung situs.
Halaman maintenance juga bisa kamu tambahkan contact form, akun jejaring sosial, atau bahkan count down menuju situs kembali normal.
Sekarang, kamu sudah mengetahui apa itu maintenance mode dan beserta contoh halaman situs dalam mode pemeliharaan.
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan dan mengapa mode pemeliharaan ini web admin atau site owner butuhkan?
Kapan Maintenance Mode Harus Digunakan?
Mode pemeliharan tidak perlu kamu lakukan secara rutin, seperti pada saat publish konten, pembaruan theme maupun plugin tertentu.
Pembaruan kecil atau minor update, baik theme WordPress dan plugin bisa kamu lakukan dengan mudah, tanpa adanya downtime.
Lain cerita apabila situs kamu sebuah toko online yang menggunakan WooCommerce, dengan traffic kunjungan dan total transaksi yang tinggi.
Sangat beresiko jika kamu langsung memperbarui WooCommerce tanpa proses backup terlebih dahulu.
Pada saat ada masalah ketika major update, situs bisa saja menjadi rusak seketika dan down tidak bisa diakses sama sekali.
Customer tentu akan kecewa karena tidak dapat melanjutkan proses transaksi.
Reputasi brand kamu akan menjadi semakin buruk jika downtime terlalu lama dan tanpa adanya kepastian.
Idealnya pada saat adanya pembaruan dan pemeliharaan situs WordPress, kamu menerapkan langkah berikut ini:
- Mengaktifkan fitur Maintenance Mode pada situs WordPress.
- Membuat stagging site (membuat sebuah copy dari situs kamu saat ini).
- Lakukan proses pembaruan pada situs stagging tersebut.
- Lakukan pengetesan dan pengecekan apakah ada masalah atau tidak pada stagging site.
- Jika semua berjalan dengan baik, lakukan pembaruan pada live site.
- Cek kembali dan lakukan test pada live site.
- Jika semua berjalan dengan baik, nonaktifkan mode pemeliharaan situs WordPress.
Bagaimana Cara Mengaktifkan Mode Pemeliharaan WordPress?
Setidaknya ada beberapa cara untuk mengaktifkan maintenance mode pada WordPress; bisa menggunakan plugin SeedProd, WP Maintenance Mode, melalui file .htaccess, dan file functions.php.
Cara Mengaktifkan Mode Pemeliharaan Dengan Plugin SeedProd
Plugin SeedProd dapat membantu kamu membuat sebuah halaman pemberitahuan yang elegan bahwa situs kamu sedang dalam perbaikan atau maintenance hanya dengan beberapa klik saja.
Lakukan instal dan aktifkan plugin ini terlebih dahulu pada situs WordPress kamu.
Setelah aktif, akses menu SeedProd > Pages.
Pilih Maintenance Mode, dan klik tombol Edit Page.
Kamu bisa membuat kustom halaman mode pemeliharaan WordPress atau Coming Soon (ini buat situs yang baru dan akan di launching).
Sama seperti page builder pada umumnya, kamu bisa menambahkan gambar, video, tombol, menu contact form, dsb.
Setelah, editing kamu lakukan. Jangan lupa untuk mempublikasikan halaman ini.
Klik tombol save pada pojok kanan atas, ganti menjadi publish.
Pada halaman dashboard WordPress akan ada pemberitahuan bahwasannya situs dalam mode maintenance.
Halaman yang baru saja kamu buat di atas, tidak akan terlihat apabila kamu masih aktif dan login di situs WordPress.
Jika ingin melihat halaman pemberitahuan maintenance di atas, logout dahulu, lalu akses kembali situs kamu dari halaman depan (frontend).
Cara menonaktifkan mode pemeliharaan ini cukup mudah, klik tombol yang berwarna hijau untuk mematikannya.
Cara Menggunakan Plugin WP Maintenance Mode
Plugin populer berikutnya yaitu WP Maintenance Mode.
Lakukan hal yang sama instal dan aktifkan plugin pada situs WordPress.
Setelah aktif, akses menu Pengaturan > WP Maintenance Mode.
Cara mengaktifkan mode maintenance tinggal kamu ubah pada bagian Status dari Deactivated ke Activated saja.
Kamu juga bisa melakukan kustomisasi halaman maintenance pada tab Design.
Jika ingin menambahkan fitur countdown, akun media sosial, contact form bisa melalui tab Modules.
Klik tombol Save settings untuk menyimpan pengaturan di atas.
Berikut ini adalah halaman pemberitahuan maintenance menggunakan plugin WP Maintenance Mode:
Redirect Menggunakan File .Htaccess
Pada pembahasan sebelumnya kita pernah mengulas mengenai cara meningkatkan keamanan WordPress dengan .htaccess.
Pada pembahasan kali ini kita akan menggunakan file .htaccess untuk mode pemeliharaan di WordPress.
Sebelum lanjut ke tahap berikutnya, lebih baik kamu backup terlebih dahulu file .htaccess yang ada saat ini.
Kamu bisa membuat terlebih dahulu sebuah file .html untuk laman redirect nantinya.
Kamu bisa unggah file HTML tersebut ke dalam situs WordPress.
Setelah file HTML-nya siap, tinggal copy paste kode berikut ini pada file .htaccess:
RewriteEngine On
RewriteBase /
RewriteCond %{REMOTE_ADDR} !^123\.456\.789\.123
RewriteCond %{REQUEST_URI} !^/maintenis\.html$
RewriteRule ^(.*)$ http://www.situstarget.com/maintenis.html [R=307,L]
Sebagai contoh nama filenya yaitu maintenis.html.
Pada bagian alamat IP, bisa kamu sesuaikan dengan alamat IP yang kamu gunakan saat ini.
Ganti bagian ini dengan alamat IP yang asli ^123.456.789.123.
Cek di sini apabila kamu tidak mengetahui berapa alamat IP komputer kamu.
Dengan menambahkan alamat IP Address komputer kamu, maka IP tersebut tidak akan dialihkan ke halaman maintenis.html tersebut.
Cara menonaktifkannya mode maintenance dengan cara ini mudah, tinggal hapus baris kode file .htaccess di atas, lakukan refresh (F5) halaman WordPress kamu setelahnya.
Mode Pemeliharaan Dengan Functions.php
Halaman pemberitahuan sedang maintenance juga dengan mudah bisa kamu lakukan melalui file functions.php.
Sekali lagi, sebelum menambahkan kode di bawah ini, backup terlebih dahulu file functions.php pada theme aktif kamu saat ini.
Akses menu Tampilan > Penyunting Tema > Tema Aktif > Functions.php.
// Activating WordPress Maintenance Mode
function wp_maintenance_mode() {
if (!current_user_can('edit_themes') || !is_user_logged_in())
{
wp_die('<h1>Kami sedang maintenancee</h1><br/>Kami akan kembali normal pada tanggal XXX Bulan XXX Tahun XXX pukul XX:XX WIB!');
}
}
add_action('get_header', 'wp_maintenance_mode');
Pesan maintenis bisa kamu kustomisasi dengan kata-kata yang lain, tinggal kamu ubah pada bagian ini:
<h1>Kami sedang maintenancee</h1><br/>Kami akan kembali normal pada tanggal XXX Bulan XXX Tahun XXX pukul XX:XX WIB!
Kekurangan Mode Pemeliharaan Pada Situs WordPRess
Pada pembahasan sebelumnya kamu sudah mengetahui manfaat mode pemeliharaan pada situs WordPress.
Pengunjung minimal mendapatkan informasi kejelasan mengapa situs kamu tidak dapat diakses untuk sementara waktu.
Namun ada beberapa kerugian yang harus kamu perhatikan, yang semoga hal ini bisa menjadi perhatian dan pertimbangan.
1. Kehilangan Pendapatan dan Pengunjung Situs
Saat mode pemeliharaan WorPress kamu aktifkan, ibarat sebuah toko ya pintunya lagi ditutup.
Tidak mungkin ada closing apalagi omzet. Ya kan?
Pengunjung yang baru pertama kali datang ke situs kamu pasti kecewa berat.
Namun dengan membuat halaman maintenance yang informatif dan kreatif.
Mereka bisa saja kembali berkunjung ke situs kamu lagi di kemudian hari.
2. Waktu Maintenance Mundur Lebih Lama
Masalah yang sering terjadi yaitu waktu maintenance ternyata lebih lama dibandingkan perencanaan awal.
Paling musibah sih kalau waktu maintenance ini ternyata berbarengan dengan woro-woro tim marketing terkait promosi produk tertentu.
Balik lagi ke poin pertama, hilangnya pendapatan dan kehilangan visitor adalah resiko terbesarnya jika hal ini sampai terjadi.
3. Berdampak Buruk Pada SEO Jika…
Jika kamu lupa mematikan plugin, redirection .htaccess, maupun menghapus kode pada file functions.php untuk menonaktifkan mode maintenance ini dalam waktu yang lama…
Saya sudah matikan kok, tapi mengapa halaman maintenance tetap terlihat oleh pengunjung situs web?
Apakah kamu sudah menghapus cache yang ada pada situs WordPress?
Hapus cache terlebih dahulu jika kamu menggunakan plugin seperti W3 Total Cache, WP-Rocket, WP Super Cache, WP Fastest Cache, dst.
4. Google SERP Menampilkan Halaman Maintenance
Ada masalah lain yang berkaitan dengan mode pemeliharaan ini, yaitu pada hasil pencarian di Google menampilkan halaman maintenance.
Padahal kamu sebagai web admin atau site owner telah menonaktifkan mode maintenance dan tidak melakukan redirect apapun berkaitan hal ini.
Satu-satunya jalan terkait Google SERP adalah menunggu Googlebot melakukan crawling ulang atau bisa juga dengan cara melakukan permintaan recrawling melalui Search Console.
—
Dari beberapa teknik di atas, kamu lebih suka cara yang mana? Yuk sharing di kolom komentar.