7 Kesalahan Fatal Pemula Dalam Beriklan B2B dan B2G Di Platform Facebook Ads yang Harus Kamu Ketahui

Beriklan kampanye B2B dan B2G di platform Facebook Ads atau saat ini yang dikenal dengan Meta Ads butuh sedikit trik untuk mendapatkan konversi yang tinggi.

Kita tahu bersama bahwa platform Facebook atau Meta ini bukan didesain 100% untuk market B2B apalagi B2G. Awalnya dari visi Facebook pertama kali adalah menghubungkan orang-orang, baik teman maupun keluarga di satu platform, untuk saling terkoneksi dan mudah dalam mencari berbagai komunitas.

Lain hal jika kamu beriklan di LinkedIn yang memang platform tersebut dibuat untuk jejaring profesional, menjalankan kampanye iklan B2B dan B2G bisa lebih mudah karena bisa menargetkan secara rinci dan detail di sana.

Hm, tapi kalau juga harus mengeluarkan budget untuk campaign di LinkedIn yang tidak sedikit. Ya, semua orang tahu kalau beriklan di LinkedIn harganya cukup mahal terutama bagi perusahaan menengah, kecil, atau bahkan UMKM.

Di sini, saya coba berbagi kesalahan fatal dalam beriklan di Facebook Ads untuk target pasar B2B dan B2G. Bagi yang belum tahu apa itu B2B, saya sedikit bahas ya B2B adalah Business to Business.

Jadi target pasarnya bukan menjawab kebutuhan perorangan tapi bagaimana bisa menyelesaikan atau memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan atau industri tertentu.

Hal yang sama berlaku dengan B2G (Business To Government), jadi target pasarnya adalah ke pemerintah. Pemerintah juga memiliki hambatan dan tantangan misalnya kebutuhan infrastruktur IT, security, cloud server, dan lainnya.

Jadi produk yang ditawarkan kalau B2B itu ke perusahaan, sedangkan B2G ke pemerintah. Berikut ini adalah tujuh kesalahan fatal pemula pada saat beriklan di Meta Ads untuk target pasar B2B dan B2G.

1. Hanya Mengandalkan Targeting Audience Saja

Hanya mengandalkan targeting audience dari meta saja

Kesalahan fatal pertama adalah kamu hanya mengandalkan detailed targeting yang ada di Meta Ads. Detail targeting bisa memberi banyak manfaat untuk kampanye iklan B2C (Business To Consumer).

B2B dan B2G untuk detail targeting seperti demographic, interest, dan behaviors sepertinya kurang cocok, kecuali iklan yang akan kamu jalankan adalah iklan yang bersifat awareness.

Untuk menjangkau target pasar B2B dan B2G, kamu bisa memanfaatkan custom audience dengan mengunggah data existing customer ke Facebook dan membuat lookalike audience dengan rentang 1 – 3%.

2. Tidak Mengandalkan Retargeting Website

Detail Targeting Meta Ads

Salah satu cara yang bisa kamu andalkan pada saat menjalankan kampanye B2B dan B2G di Meta Ads yaitu dengan menggunakan retargeting website.

Namun, sebelum menjalankan retargeting ada beberapa persiapan yang harus kamu lakukan.

Pertama, pastikan situs web kamu selalu diperbarui dari segi tampilan, informasi, artikel, dan halaman landing page-nya.

Semakin situs kamu memiliki traffic SEO yang baik, retargeting ini bisa menjadi tools yang powerful.

Kedua, cek juga tidak hanya pada kuantitas traffic yang kamu miliki, tetapi juga pada kualitas pengunjung website.

Caranya yaitu dengan menginstal LinkedIn tag.

Dengan menggunakan LinkedIn tag kamu dapat mengetahui profil dari pengunjung website, seperti apa pekerjaan mereka, di mana mereka bekerja, lokasi, company size, job function, dan masih banyak lagi.

Demografi Pengunjung Website Berdasarkan Informasi Dari LinkedIn Tags

Setelah kamu mengetahui profil target audience sudah tepat dan traffic website juga sudah cukup banyak, barulah kamu bisa menjalankan kampanye retargeting di Meta Ads.

Dua hal yang harus kamu pastikan adalah kuantitas dan kualitas traffic website, sebelum menjalankan retargeting ads.

3. Terlalu Mengandalkan Kampanye Leadgen Meta

Kekurangan kampanye leadgen di Facebook

Kampanye leadgen memang praktis untuk mendapatkan leads karena kelebihan dari kampanye leadgen adalah potensial buyer tidak perlu mengisi form karena bisa terisi otomatis tergantung dari seberapa detail profilnya di Meta.

Namun, ada kekurangan yang harus kamu ketahui. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa menggali kebutuhan dari target audience B2B maupun B2G tidak bisa tercover di leadgen.

Dengan menggunakan kampanye leadgen, pertanyaan yang kamu bisa setup terbatas.

Jika kamu paksakan panjang atau banyak, form leadgen juga jadi kurang menarik dan terkesan dipaksakan.

Lain hal kalau misalnya proses capture leadgen-nya di website kamu sendiri.

Kamu bisa membuat form dengan tampilan UI yang menarik di WordPress, kamu bisa membuat form dengan Contact Form 7 atau Fluent Forms. Atau bisa juga menggunakan pihak ketiga seperti Type Form.

Kelebihannya kamu bisa melakukan kustomisasi form agar tampilannya sesuai dengan brand, kamu bisa set banyak pertanyaan yang lebih detail untuk mengetahui profil dari target buyer dan menggali kebutuhannya.

Serta form tersebut bisa digunakan bersamaan dengan kampanye iklan di platform lain seperti Google Ads dan LinkedIn Ads.

4. Tidak Memanfaatkan Fitur UTM Tracking

Manfaat Menggunakan UTM Tracker

Dengan memanfaatkan fitur UTM Tracking kita jadi bisa mengetahui sumber traffic dari kampanye iklan yang dijalankan serta mengetahui channel traffic mana yang berkontribusi paling banyak mendatangkan traffic.

Dengan sedikit melakukan ‘hack’ pada form yang ada di website, kita juga bisa melalukan capture kode UTM Tracking.

Jadi misalnya ada pengunjung yang daftar di website, dia datang dari kampanye iklan di Facebook.

Dengan melakukan penambahan hidden field pada form, kita bisa melakukan capture pada kode UTM yang digunakan oleh pengunjung tadi.

Tujuan dari cara ini, kita tidak hanya bisa mengetahui total angka konversi dari iklan saja tetapi nantinya kita bisa mengevaluasi seberapa berkualitas leads yang masuk tadi.

Jadi tidak hanya berfokus pada angka konversi orang-orang yang melakukan complete registration, tetapi kita juga bisa mengidentifikasi dan menilai kualitas leads-nya.

Ujungnya kamu juga bisa mengetahui dari banyaknya leads yang masuk dan terkonversi menjadi buyer, mereka sebelumnya berasal dari kampanye dari platform apa dan kampanye iklan yang mana.

Cara melakukan hal ini, kamu bisa mengikuti panduan video di bawah ini untuk WordPress dengan plugin Contact Form 7:

5. Tidak Menanamkan Pixel Di Website

Tidak menginstal Facebook Pixel Di Situs Web

Gimana kita bisa mengetahui hasil konversi di Meta jika Pixel atau Tag-nya tidak dipasang di website.

Ini adalah kesalahan yang kelima.

Sebenarnya proses penanaman Pixel di website bisa dengan berbagai cara, seperti penggunaan Google Tag Manager, menggunakan plugin WordPress, atau menginstal manual kodenya di website.

Hal teknis seperti ini terkadang untuk pemula memang sedikit bikin kepala mengkerut. Namun, jangan khawatir Situstarget punya solusinya yaitu Jasa Pemasangan Instalasi Meta Pixel di Website.

Dengan jasa ini, tim kami akan membantu kamu memasangkan kode Pixel di situs web kamu. Kamu tinggal fokus pada pembuatan materi iklan dan bisnis kamu saja.

6. Tidak Melakukan Riset Konten

Cara Mendapatkan Ide dan Inspirasi Materi Ads Lewat Facebook Ad Library

Riset materi iklan sangat menentukan keberhasilan menjalankan kampanye di Meta.

Kamu harus melakukan riset apakah di sektor industri kamu cocok menjalankan iklan dengan tipe single image, carrousel, video, atau message ads?

Video ads juga banyak jenisnya dan ukurannya tergantung di mana lokasi video tersebut ditampilkan.

Salah satu cara riset yang bisa kamu lakukan yaitu dengan melihat materi iklan yang pernah dibuat oleh kompetitor, baik di Meta (Facebook dan Instagram) maupun di platform lain seperti di LinkedIn, YouTube, dan Tiktok.

Riset bisa dibagi menjadi dua cara, melihat postingan organik maupun postingan yang berbayar.

Materi postingan berbayar atau materi iklan dari kompetitor bisa kamu lihat di Facebook Ad Library.

Tinggal kamu masukkan nama keyword produk atau nama brandnya dan tekan tombol search.

Kamu bisa melihat materi iklan dari kompetitor sejenis maupun indirect competitor yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri.

7. Tidak Melakukan A/B Testing

Tidak melakukan A/B Testing Untuk Mendapatkan Winning Ads

Setelah melakukan riset materi yang sekiranya akan berjalan dengan baik, sekarang saatnya melakukan A/B testing.

Baik dari segi target audiens maupun materi iklan video, gambar, copywriting, dan Call To Action-nya.

Proses A/B testing memakan waktu 7-10 hari untuk proses pengukuran yang optimal.

Namun kalau memang waktu tidak cukup banyak, kamu bisa melakukan testing untuk kurun waktu 3-7 hari saja.

Setelah mendapatkan winning ads, sekarang tinggal optimasi budget ads-nya.

Kamu bisa melakukan scale up budget dengan cara bertahap, manual atau denngan menggunakan automation rules.

Semoga tips di atas bisa bermanfaat. Mohon bantu share ya jika tulisan ini bermanfaat untuk teman-teman yang lainnya ya.

About The Author

Gabung Bersama +30.000 Pembaca Kami!

Daftarkan email anda untuk mendapatkan artikel terbaru dari Situstarget.com.

Proses pendaftaran hampir selesai, mohon cek email Anda dan Klik tombol konfirmasi.

Pin It on Pinterest

Share This