5 Hal yang Dapat Kamu Syukuri Ketika Kamu Masih Memiliki Seorang Ayah

5 Hal yang Dapat Kamu Syukuri Ketika Kamu Masih Memiliki Seorang Ayah

Kalau kamu melihat ke kalender hari ini, tidak lama mungkin sekitar sembilan puluh atau seratus hari lagi kita akan bertemu dengan ramadhan 2015 yang jatuh pada bulan Juli. Pada ramadhan di tahun ini bisa dipastikan akan menjadi ramadhan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ramdhan bulan ini aku memiliki seorang adik.

Belum lama ini Allah memberikan keluarga kami seorang anggota keluarga baru. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Setelah lama sekali menginginkan seorang adik. Alhamdulillah, minggu ini doaku terjawab. Jarak usia antara aku dan adikku sangatlah jauh. Aku sudah duduk dibangku SMA. Jadi memang terpaut belasan tahun perbedaan usia antara kita.

Kebahagian terasa semakin lengkap manakala hasil USG. Ibu diberitahukan oleh dokter bahwa anak yang akan lahir adalah seorang anak laki-laki. Ketika menceritakan informasi ini kepada Kami. Mata ayah sangat bersinar-sinar, terlihat raut wajah bahagia di wajah beliau. Maklum saja, di keluarga kami ayah adalah seorang laki-laki di antara tiga wanita (Ibu, Kakak, dan aku).

Melalui tulisan ini aku mau berbagi cerita dan pengalaman hidupku ke teman-teman semua di poltek.id, tentang 5 Hal yang Dapat Kamu Syukuri Ketika Kamu Masih Memiliki Seorang Ayah. Semoga ada hikmah selesai kamu membaca artikel ini. Aamiin.

1. Ayah Tempat Aku Belajar untuk Dewasa dan Mandiri

Jujur saja setelah lulus SD, aku melanjutkan studi di Madrasah tsanawiyah (MTs). Lalu setelahnya juga Madrasah Aliyah (MA) di pondok pesantren atau setara SMA jika di sekolah umum. Bedanya di pesantren kita tidak bisa pulang ke rumah dan tinggal di asrama. Ini adalah keputusanku untuk melanjutkan studi di MA. Selain itu pula, aku mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuaku.
Jadi memang aku sendiri jauh dari ayah dan ibu. Saat memiliki suatu masalah dengan kakak kelas, atau kangen dengan ayah dan ibu di rumah, atau manakala memiliki masalah di sekolah. Ayahlah orang pertama kali menguatkan aku di telepon. Aku belajar banyak dari kehidupan ayah, salah satunya belajar untuk mandiri dan dewasa. Ayah pernah bilang kepadaku untuk menjadi seorang wanita yang kuat, mandiri, dan tangguh. Beliau percaya bahwa dari wanita hebatlah generasi hebat akan terlahir.

2. Ayah Tempat Aku Belajar Arti Kepemimpinan

Aku bersyukur sekali bisa mengenal sosok pria hebat yang saat ini aku panggil ayah. Aku belajar arti kepemimpinan dari beliau. Beliau adalah pria yang tegas kepada anak-anaknya, namun bukan berarti watak beliau keras. Ketegasan beliau terlihat mana kala waktu datang solat. Beliau selalu mengingatkan kepada anak-anaknya untuk solat tepat waktu.

Meninggalkan segala perkara dunia, lalu bersegeralah mendirikan solat. Ayah selalu berkata, selama kamu belum memiliki seorang suami. Maka kamu adalah tanggung jawab ayah sepenuhnya. Oleh karena itu, bantulah ayah dalam menjaga pertanggung jawaban ayah kepada Allah kelak. Ketika kamu mempermudah ayah dalam menjaga tanggung jawab ayah kepada Allah. InsyaAllah, Allah juga akan mempermudah segala urusan kamu.

3. Ayah Tempat Aku Merasa Terlindungi

Sebesar apapun masalah yang aku hadapi. Jika aku bersama ayah, aku selalu merasa aman. Dulu aku takut sekali tinggal berjauhan dengan orangtua. Tetapi ayah selalu bilang kepadaku bahwa di pesantren saat ini aku belajar merupakan proses penempaan diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepan.
Mungkin beberapa tahun lagi aku juga akan menjadi seorang ibu. Jika bekal kehidupan yang berupa ilmu dasarnya saja belum mencukupi, bagaimana bisa nanti aku menjadi sosok ibu yang dapat mendidik anakku dengan baik? Itulah pesan dari ayah dan ayah selalu mengingatkan hal itu terus menerus kepada ku.

4. Garis Kerutan di Wajahnya Menggambarkan Beratnya Kehidupan yang Ia Jalani

Dahulu ketika hari libur datang, kami biasanya memiliki agenda untuk menonton televisi bersama. Ayah selalu bercerita tentang masa kecil yang ia lalui. Ayah adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Nenek adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan kakek adalah seorang guru agama. Dengan jumlah anak yang sebanyak itu pastilah penghasilan kakek tidak mungkin cukup.
Tetapi ayah bercerita, dari keluarga yang sederhana itu ayah belajar banyak hal tentang arti saling berbagi dan peduli. Hari ini perekonomian keluarga kami sudah lebih baik dibandingkan ketika masa ayah kecil ayah. Semua pengalaman pahit dan kerasnya kehidupan sedikit terlukis di kerutan wajah ayah. Yah, terima kasih ya telah menafkahi kami selama ini.

5. Aku Belajar Arti dari Keberanian dari Ayah

Jujur saja aku adalah anak yang pemalu dan tidak mudah untuk bersosialisasi ketika masa MTs. Hal yang paling aku takuti adalah ketika guruku menyuruh murid-murid untuk meperkenalkan diri  di depan kelas. Rasanya bumi seolah berhenti berputar. Aku sangat gugup dan malu sekali. Tetapi walaupun demikian, aku yakin. Aku tidak sendirian merasakan hal ini.
Aku lalu bercerita kepada kepada ayah mengenai masalah ini. Lalu ayah menasehatkan kepadaku agar membedakan dua kondisi yaitu pada saat kurang percaya diri dan malu karena melakukan kesalahan. Ketika guruku menyuruh murid-murid untuk memperkenalkan diri kedepan dan aku takut untuk maju kedepan.
Itu namanya bukan malu, tetapi kurang percaya diri. Malu itu mana kala kita melakukan kesalahan. Selama kita melakukan hal baik, kita tidak perlu malu, yang perlu kita tingkatkan adalah kepercayaan diri kita. Itulah obat mujarab yang ayah berikan kepadaku untuk mengusir rasa kurang kepercayaan diriku.

Malam hari sekitar dua-tiga minggu yang lalu. Ayah memintaku untuk membelikannya minuman soda dan martabak keju. Seperti biasa kita menonton tv di ruang keluarga bersama-sama. Selang beberapa jam. Ketika kami sekeluarga mau tidur. Ayah bilang kalau dadanya sesak sekali. Akhirnya pada malam itu juga kami mengantarkan ayah ke rumah sakit untuk mengecek kondisi beliau.

Ternyata dokter bilang bahwa gula ayah naik dan harus segera mendapatkan perawatan. Ayah memang memiliki penyakit gula. Selang beberapa saat setelah mendapatkan perawatan. Ayah pulang ke sisi-Nya. Ayah meninggalkan kami dengan aku yang masih duduk di bangku SMA, kakaku yang masih kuliah semester empat, dan adikku yang masih dalam kandungan ibu pada saat itu.

Dua hari setelah ayah meninggal. Ibu melahirkan adik di rumah sakit yang sama. Yah, tahun ini akan sangat berbeda sekali, terutama mendekati bulan ramadhan yang sebentar lagi datang. Semoga ayah selalu senang dan tenang di sana. Mohon doanya ya teman-teman. 🙂 Artikel ini dipersembahkan dari pembaca setia Poltek.ID yaitu Anonymouse (yang tidak ingin disebut namanya)

 
Catatan kecil:

Jika kamu ingin berbagi cerita pengalaman hidup, kisah inspiratif lainnya, dan ingin berbagi banyak manfaat ke para pembaca blog ini melalui tulisan. Kirimkan saja artikel terbaik kamu ke kami di [email protected]. Yakinlah setiap pengalaman yang sudah kita lalui memiliki banyak hikmah dan pastinya tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama. 

Kami mengundang kamu untuk berbagi kisah di blog ini ke semua orang.  Semoga Allah memberikan keberkahan untuk ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang kamu miliki, karena kamu mau berbagi inspirasi untuk sesama. Aamiin 🙂

About The Author

SubscribeSekarang!

Dapatkan akses eksklusif untuk tips digital marketing, panduan teknologi, dan masih banyak lagi!

Proses pendaftaran hampir selesai, mohon cek email Anda, dan klik link konfirmasi pendaftaran newsletter Anda.

Pin It on Pinterest