Sebagian besar remeja cukup lama dalam mehabiskan waktunya untuk menonton televisi hingga lebih dari tiga puluh jam dalam seminggu. Mereka akan mudah terpengaruh dengan apa yang mereka tonton, positif maupun negatifnya dari pengaruh program televisi yang mereka lihat. Jika misalnya si artis yang mereka tonton sering menampilkan drama kekerasan atau merokok maka kemungkinan besar mereka juga akan mengikuti tren atau gaya dari artis tersebut di dalam kehidupan mereka.
Ada fakta menarik dari Dr. Wayne Dyer yang menyatakan dalam suatu progam televisi bahwa sebelum menginjak usia dua belas tahun anak-anak sudah menonton sekitar 12.000 tindakan pembunuhan yang ditayangkan di dalam film-film yang di televisi. Hal ini juga yang menyembabkan satu dari dua belas anak di bawah usia dua belas tahun sudah memiliki senjata api.
Ada informasi juga dari New Zealand melalui suatu kajian psikologi dan fisiologi di sebuah pusat kajian di sana memaparkan bahwa lebih dari 60% kondisi menyedihkan disebabkan oleh media massa yang menyebarkan hal-hal negatif, peperangan, seksualitas, dan pelanggaran tata nilai. Hingga hari inipun televisi masih banyak menanyangkan informasi negatif dan nyanyian cabul yang tidak mendukung nilai luhur.
Hal-hal semacam ini belakangan tersebar semakin luas dalam kehidupan kita hingga sangat berpengeruh terhadap perkembangan pola berpikir seorang remaja. Pengaruh berbahaya ini ikut memperkaya proses pembentukkan pikiran setiap orang sehingga menjadi semakin kuat dan mendalam. Maka sudah seharusnya kita bisa memfilter informasi yang harus dimasukkan ke kepala kita apa saja, dan membuang yang tidak perlu dimasukkan ke dalam pikiran kita.