Antara kebiasaan dengan kesuksesaan?

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar kata ini : “Kesuksesan besar adalah hasil akumulasi dari kesuksesan-kesuksesan seseorang di masa lampau.” kira-kira dari kalimat tersebut apa hikmah yang bisa kita ambil?

 Pasti sudah terbayang di kepala Anda bahwa pencapaian seseorang yang menurut Anda sudah sukses hari ini, itu merupakan hasil jerih payah yang ia lakukan selama beberapa bulan ke belakang atau malah bisa jadi beberapa tahun ke silam, right?

So, artinya untuk mendapatkan kesuksesan yang serupa kita tidak perlu melulu memikirkan bahwa kita pasti sukses, kita harus sukses, dst. Tetapi bagaimana hari ini kita bisa mengerjakan hal-hal yang membuat kita sukses, setuju? Lalu ada yang berkata mas saya sudah sibuk tetapi kok belum sukses-sukses?

Oke, jika seperti itu coba re-check kembali apa yang Anda kerjakan tersebut, apakah sudah Anda kerjakan setiap hari hal-hal yang seharusnya menjadi skala prioritas Anda? Sedikit berkaca mungkin kita sudah mengetahui beberapa level prioritas yang diajarkan di dalam agama islam yaitu: wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah sudahkah kita mengimplementasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari dalam menyusun skala prioritas? Jika belum mari segera lakukan!

Membuat skala prioritas
Membuat skala prioritas

Sebelumnya kita samakan dahulu persepsi tentang  wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. 😉 saya hanya kembali mengingatkan kembali saja. Wajib adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan mendapatkan dosa. Berarti dalam aktivitas rutin yang kita kerjakan dalam bisnisnya misalnya jika Anda ingin mendapatkan omset pejualan, maka hukumnya wajib setiap hari Anda untuk berjualan right? Paham kan makusd saya, karena apabila Anda tidak berjualan artinya tidak melaksanakan yang wajib maka Anda berdosa atau dalam definis lain di sini Anda tidak mendapatkan omset penjualan.

Sekarang sunnah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Artinya jika setelah kewajiban atau hal yang wajib sudah Anda lakukan maka Anda baru bisa mengerjakan hal yang sunnah ini. Sebagai contoh misalnya di dalam bisnis, Anda sudah melakukan penjualan kepada beberapa client, target dalam 1 hari Anda menjual kepada 50 orang client produk Anda, di hari itu juga Anda menambahkan daftar list calon potensial client Anda, lalu Anda kembali berjualan kepada 10 client, artinya pada hari yang sama Anda sedang meningkatkan tingkat closing yang lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasa Anda.

Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan sama saja tidak mendapat pahala atau dosa, contohnya Anda sudah menjual barang kepada 50 orang target dari 1 hari Anda, setelah itu Anda tidak berjualan lagi di hari yang sama. Maka tidak menjadi masalah karena Anda sudah mengerjakan sesuai target.

Selanjutnya adalah Makruh, adalah suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala, dan apabila dikerjakan tidak mendapat dosa. Misalnya adalah Anda sudah mempresentasikan produk Anda untuk di jual kepada 50 orang client, pada client ke 51 Anda bertemu client yang mendebat tentang keunggulan produk Anda dibandingkan kompetitor, dari hasil perdebatan Anda tidak mendapatkan titik temu dan sudut pandang yang sama. Maka lebih baik ditinggalkan saja client itu, dan coba cari kembali client yang lebih berpotensial. 😀

Dan terakhir adalah haram, suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa. Sebagai contoh apabila misalnya dalam aktivitas bisnis Anda, Anda harus bertemu 2 orang client yang sama-sama penting. Anda sudah mengatur jadwal untuk bertemu dengan mereka pada pukul 08.00 dan pukul 10.00; Dan berbeda tempat. Client A yang sudah mengatur jadwal dengan kita ternyata ia datang tidak tepat waktu,  sudah ditunggu hingga 1 jam tetapi tidak datang juga, sedangkan persiapan kita untuk menuju tempat Client B adalah 1 jam dari tempat pertemuan dengan Client A. Maka kita dapat meninggalkan Client A dan langsung menuju Client B. Ada 2 opsi yaitu mengatur ulang pertemuan dengan Client A atau membatalkan pertemuan dengan Client A.

Jika kita sudah memprioritaskan segala sesuatu sesuai dengan porsinya yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Maka tingkat produktivitas kita akan terjaga, dan apabila kita berhasil melakukan skala prioritas kegiatan kita dengan baik, dan kita jaga kebiasaan tersebut, maka kesuksesan akan dekat dengan Anda. Awalnya mungkin terlihat sulit, tetapi jika kita terus mencobanya maka kita akan mengetahui bagaimana cara aturan mainnya di dalam menyusun skala prioritas kegiatan kita sendiri, setelah mengetahui bagaimana cara aturan mainnya, maka kita mulai terbiasa untuk menyusun skala prioritasnya dengan lebih baik, setelah itu maka kita akan mengerjakan segala sesuatunya dengan terencana dan terukur.

Anda mungkin tau permainan domino? Iya suatu permainan yang mengajarkan kita tentang kesabaran dalam menyusun tiap balok, belajar menyusunnya, setelah itu kita membentuk pola dari domino agar terlihat nilai estetikanya, kurang lebih seperti itulah gambaran bagaimana kita seharusnya membuat skala prioritas yang tadi kita bahas sebelumnya, dan setelah semua tersusun dengan rapih, sekali sentuhan saja “klik” maka semua akan berjalan hingga “klik” terakhir pada balok yang paling ujung. Layaknya suatu kesuksesan, ketika Anda berhasil membuat kesuksesan kecil dalam hidup Anda, dan Anda menjaga kebiasaan-kebiasaan yang membawa Anda ke kesuksesan berikutnya, maka kesuksesan yang berikutnya siap mejemput Anda. Seperti video di bawah ini:

About The Author

Gabung Bersama +30.000 Pembaca Kami!

Daftarkan email anda untuk mendapatkan artikel terbaru dari Situstarget.com.

Proses pendaftaran hampir selesai, mohon cek email Anda dan Klik tombol konfirmasi.

Pin It on Pinterest

Share This