Lulus Kuliah Apa Bisa Membangun Bisnis Tapi Sambil Bekerja?
Setelah lulus kuliah Anda akan menemukan persimpangan, yaitu antara jalan menjadi seorang profesional dan bekerja di perusahaan orang lain, atau Anda memilih untuk membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain.
Saat ini banyak anak-anak muda yang tertarik untuk menjadi solution maker bagi lingkungan sekitarnya dengan menempuh jalur yang kedua, yaitu sebagai pemberi lapangan pekerjaan dan berarti inilah lahan dari seorang enterpernuer.
Tidak sedikit yang kebingungan antara harus mengikuti kata hati dengan realita yang sesungguhnya. Ketika dijalankan ternyata bisnis tidak semudah apa yang dibayangkan di awal. Lalu mulailah melihat ke jalur yang lain.
Bekerja tapi sambil merintis usaha. Ada sebagian teman-teman saya yang sampai hari ini masih bekerja di perusahaan orang lain tapi di satu sisi mereka juga sukses dalam membangun bisnisnya. Kok bisa? Berikut ini saya bahas beberapa alasan teman saya mengapa mereka mau bekerja dan berbisnis.
Ini Beberapa Alasan Mereka Kenapa Bekerja Sambil Membangun Bisnis
1. Bisnis yang Dibangun Masih Belum Siap Menetas
Di satu sisi bisnis yang masih tahap merintis memerlukan banyak waktu, tenaga, dan berbagai sumberdaya lainnya. Namun di sisi yang berbeda kebutuhan hidup terus bertambah karena berbagai faktor, bisa dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan.
Bekerja sambil membangun bisnis, berarti Anda harus pintar membagi sumberdaya. Karena saat bekerja dengan orang lain itu berarti terikat kontrak pekerjaan, yaitu antara perusahaan dan atasan dengan diri Anda. Fasilitas kantor jangan dipakai untuk kepentingan pribadi.
Kapan waktu dan tenaga untuk menjalankan kegiatan usahanya? Anda bisa kerjakan di malam hari setelah pulang kerja antara jam 7 sampai dengan jam 11 malam atau sehabis solat tahajud antara jam 3 hingga jam 5 pagi. Waktu di kantor ya harus di usahakan hanya mengerjakan tugas-tugas dari kantor saja.
Tenaga yang dikeluarkan lebih ekstra itu wajar. Karena di satu sisi Anda memiliki tanggung jawab sebagai seorang karyawan. Pada sisi yang lain Anda bertanggung jawab terhadap bisnis yang Anda sedang bangun saat ini. Pecah telur bisa dibilang sebagai istilah ketika bisnis Anda berhasil mencapai target atau memecahkan rekor tertentu.
Target yang tercapai bisa bertambahnya jumlah transaksi, keuntungan, bertambahnya database calon pelanggan / pembeli, berhasilnya sebuah campaign iklan yang Anda jalankan di sosial media seperti Facebook dan Twitter, dan lain-lain.
Sebelum pecah telur ada proses yang perlu Anda lalui dan tergantung dari target apa yang ingin dicapai. Proses ini yang memakan banyak waktu terkadang, hingga Anda suatu saat nanti menemukan formula terbaik yang cocok untuk bisnis Anda.
Sehingga sekali menetas, bisa banyak pecah telur (tercapainya banyak target).
2. Keuangan Lebih Stabil jika Memiliki Dua Kaki (Bekerja dan Bisnis)
Salah satu diskusi menarik dari teman saya ketika ia memutuskan resign dari pekerjaan yang lama. Ia pernah bilang ke saya mengenai hal ini: “Kenapa Allah ciptakan kita dengan dua kaki, dua tangan, dua mata, dua telinga, dan seterusnya”.
Beberapa anggota tubuh berpasang-pasangan, salah satunya adalah terkait hal keseimbangan. Banyak orang yang ketika terkena PHK karena perusahaan tempat ia bekerja melakukan perampingan.
Sehingga memutuskan untuk PHK masal, yang imbasnya secara personal sebagai karyawan yang di PHK. Keuangan pribadi menjadi lumpuh total.
Ada juga seorang pengusaha yang ketika bisnisnya mengalami titik kebangkrutan. Ia mengalami hal yang sama dengan karyawan yang di PHK tadi. Keuangan baik secara perusahaan dan personal juga ikut lumpuh. Bagaimana dengan mereka yang berada di dua kuadran, sebagai employee dan business owner?
Mereka yang memiliki kuadran lebih dari satu, setidaknya tidak lumpuh total secara keuangan. Hanya pincang jika mengalami kondisi di atas. Soal kuadran ini ada buku yang bagus yang mungkin sebagian dari Anda sudah pernah membacanya, yaitu: The Cashflow Quadrant dari Robert T Kiyosaki.
Bagi yang belum membaca buku tersebut, saya sangat merekomendasikan Anda membaca buku itu. Di toko buku besar gramedia misalnya buku itu menjadi salah satu buku best seller. Keuntungan bekerja sambil berbisnis, yaitu apabila terjadi kondisi buruk seperti dua contoh di atas.
Keuangan secara personal/pribadi maupun keluarga tidak terlalu terganggu. Penghasilan bisa tetap didapatkan dari bisnis atau dari penghasilan rutin bulanan sebagai seorang karyawan. Tahapan yang lebih tinggi, yaitu dua kuadran antara investor dan business owner. Tahapan ini tentunya bisnis telah berkembang dan lebih stabil.
3. Anggapan Miring Bahwa Pengusaha Muda itu Bukan Orang yang Profesional
Ini ada salah satu pengalaman teman saya yang mengatakan bahwa beberapa perusahaan di Indonesia ada yang beranggapan bahwa pengusaha muda bukan termasuk orang-orang profesional.
Ia menjelaskan lebih lanjut, akan sulit diterima bagi pengusaha muda yang sebelumnya tidak pernah bekerja di perusahaan-perusahaan kecil-menengah-besar, apabila bisnisnya bangkrut lantas memutuskan untuk menjadi seorang karyawan. Terlebih lagi jika usia telah masuk di angka 25 hingga 30-an ke atas.
Keuntungan bisnis sambil bekerja di perusahaan orang lain misalnya. Anda memiliki track record yang lebih jelas ketimbang jadi pengusaha namun maaf belum memiliki legalitas dalam usaha yang dijalankan, belum ada sistem yang jelas, belum ada karyawan, belum ada SOP (Standar Operasional Prosedur), dan lain-lain.
Mungkin hal ini yang menjadi bahan pertimbangan lain, mengapa ada perusahaan menengah-besar yang menganggap seorang pengusaha muda bukan termasuk bagian pekerja profesional pada saat melamar pekerjaaan ke mereka. Mari kita hormati pendapat di atas karena ada benarnya juga.
Tapi jangan berkecil hati, meskipun bisnis bangkrut tetap menyisakan pengalaman yang sangat berharga. Pun seseorang akan tetap dapat mengetahui bahwa Anda memiliki posisi tawar yang bagus atau tidak dari cara Anda berbicara, melakukan tindakan, menjawab setiap pertanyaan, dan seterusnya.
4. Bertemu dengan Mentor yang Dapat Membantu Membesarkan dan Membangun Bisnis Anda
Mentor bisnis itu bisa siapa saja yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengayaan pengalaman untuk diri Anda. Tetapi maksud saya di sini adalah mentor bisnis yang sesungguhnya. Mungkin pada saat Anda kuliah jurusan sastra atau ilmu komputer yang jauh dari keilmuan perpajakan dan akuntansi.
Sebagai seorang pengusaha memang tidak harus expert diseluruh bidang keilmuan namun pada bidang tertentu dibutuhkan ilmu pengetahuan. Minimal pada taraf dasar dan pengembangan mengerti prosesnya. Jadi tidak ada kasus dibodohi oleh karyawannya sendiri.
Karena saat ini sedang bekerja di perusahaan orang lain. Anda bisa berguru dengan karyawan yang beda divisi. Misalnya Anda ingin belajar tentang perpajakan atau akuntansi. Anda bisa datang ke bagian divisi finance and accounting.
Baca juga: 7 Tanda Anda Telah Benar Belanja Sesuai Kebutuhan
Kebetulan butuh ilmu dan ingin cari tahu bagaimana cara rekrut karyawan, membuat SOP, dan ilmu manajerial terkait SDM, Anda bisa mendatangi bagian Human Resource Development. Dan terkait proses bisnis yang sedang Anda jalani bisa Anda tanyakan ke mereka, sesuai dengan keahlian dibidang masing-masing.
Coba Anda googling berapa biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengikuti kelas workshop mengenai perpajakan, atau mengenai rekrutmen pegawai, cara menjual efektif, dan seterusnya. Biaya bisa menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah per sesi atau per tema acaranya. Cukup mahal bukan?
Oleh karena itu, gali ilmu pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya pada saat berada di kuadran employee untuk mempersiapkan diri berpindah ke kuadran sebelah kanan, baik itu di business owner maupun di investor.
5. Mendapatkan Mitra Bisnis dan Meluaskan Jaringan Profesional Anda
Pernah lagi butuh barang tertentu pada saat yang sama ada orang lain yang bisa mendapatkan barang yang sama, kualitas barang yang lebih baik, dan harga yang miring? Kok bisa demikian?
Itulah jaringan profesional, di mana jaringan tersebut tidak hanya soal interaksi manusia tetapi juga berkaitan dengan nilai ekonomi. Menemukan pemasok yang berkualitas dalam arti cocok dengan harga dan kualitas. Di samping itu juga orangnya asik dan setipe dengan Anda itu susah.
Baca juga: Tips Hemat Ala Milyader Bandung
Prosesnya tidak instan menemukan mereka. Kesempatan lebih terbuka lebar ketika Anda berada di kuadran ini. Anda bisa mencari tahu siapakah key partner atau mitra utama dari perusahaan Anda saat ini.
Tanyakan mengapa mereka mau bermitra dengan perusahaan x, apakah kelebihan dari perusahaan x, dan hubungan seperti apakah yang dijalin antara perusahaan Anda dengan perusahaan x, dan cari tahu lebih dalam lagi.
6. Belajar Membangun Bisnis yang Ideal dengan Me-modelling Perusahaan Tempat Anda Bekerja Saat Ini
Apakah sekarang Anda lagi bekerja di perusahaan impian yang kelak Anda sendiri mau membangun bisnis yang kurang lebih sama dengan perusahaan impian tempat Anda bekerja saat ini? Kalau memang iya. Selamat!
Lebih mudah menemukan mentor, mitra bisnis yang kurang lebih juga sama, dan banyak kesamaan yang bisa Anda contoh atau modelling istilah lainnya. Anda juga bisa tanya-tanya banyak hal di sana.
Kasih tempo waktu berapa lama Anda ingin bekerja dan menyerap ilmu dan mencari pengalaman di sana. Jangan sampai masuk zona nyaman dan lupa pada impian. Apakah 5 sampai 10 tahun cukup? Jangan lebih dari itu.
15 tahun bekerja sebagai profesional terkadang malah membuat Anda tidak kreatif lagi. Mengapa? Karena sudah terbiasa mengerjakan hal yang sama berulang-ulang. Memang bekerja seperti itu.
Nah kalau jadi pengusaha Anda dituntut berada di bagian depan perubahan. Jadi setiap hari harus berpikir kreatif menyelesaikan berbagai masalah yang ada dilingkungan untuk Anda carikan dan jadikan sebuah solusi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Bukan berarti karyawan tidak kreatif! Tetapi terkadang kondisi tidak mendukung seorang karyawan untuk mengambil suatu tindakan tertentu sesuai dengan kreativitas yang ia pikirkan karena ada batasan level tanggung jawab secara level jabatan, skup pekerjaan, dan hal-hal lain sehingga ia tidak dapat bergerak luwes, gesit, dan cepat.
7. Menemukan Sebuah Ide Cermerlang dari Hasil Diskusi Banyak Orang
Ide cemerlang bisa datang dari siapa saja itu benar. Ide cemerlang untuk dijadikan dasar dalam membangun bisnis, kata cemerlang saja tidak cukup! Sebuah ide perlu divalidasi sehingga ketika dilempar ke pasar.
Permintaan akan barang atau jasa dari pembeli/konsumen bisa sesuai dengan target yang ditentukan di perencanaan awal. Proses validasi ini ada berbagai macam cara termasuk di dalamnya riset.
Riset kita ketahui bisa berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan penelitian kuantitatif atau kualitatif. Karena kebetulan saat ini sedang bekerja di perusahaan orang lain. Anda bisa menerapkan penelitian kualitatif.
Baca juga: Porsi Pembagian Antara Nabung dan Investasi
Sebagai contoh, di tempat Anda bekerja ada banyak expert mulai dari yang mahir keuangan, akuntansi, penjualan, pengembangan bisnis, dan seterusnya. Coba lempar beberapa pertanyaan terkait ide cermerlang Anda kepada mereka.
Catat setiap masukan, pendapat, kritik, atau saran dari mereka semua terkait ide cermerlang tadi. Jika hasil risetnya menunjukan nilai yang positif. Tahap berikutnya tinggal validasi melalui pendekatan kuantitatif: survey, kuesioner, dst.
Menggabungkan dua penelitian, yaitu kuantitatif dan kualitatif guna memvalidasi ide cemerlang itu penting. Jangan sampai sudah membuat produk, lalu dilempar ke pasar, tapi sayang tidak ada yang membelinya.
8. Munculkan Keyakinan Bahwa Anda bisa Berhasil dalam Membangun Bisnis dan Menjalankannya
Berhenti bekerja atau resign dari pekerjaan, yang bisa menentukan sendiri adalah diri Anda. Buatlah indikator tertentu yang mensyaratkan apa saja yang perlu dicapai dalam bisnis sebelum resign dari pekerjaan.
Indikator bisa saja misalnya dari bisnis ternyata penghasilan sudah lebih besar dari pendapatan bekerja sebulan di perusahaan orang lain, pendapatan terus menerus atau sudah rutin, Anda memiliki banyak database pelanggan.
Baca juga: Yuk Saling Menghargai Fisik Uang Rupiah yang Kita Punya
Terjadi pembelian baru dari pelanggan baru, terjadi pembelian berulang dari pelanggan lama (repeat order), telah terbentuk tim dan sistem, keluarga dan orangtua telah mendukung jika Anda sebaiknya resign dari pekerjaan saat ini.
Hal yang tidak boleh dilupakan yaitu solat istikharah. Karena bisa saja keputusan yang menurut kita terbaik, tapi menurut Allah hal itu tidak baik, maupun sebaliknya. Sebelum ambil keputusan, minta dengan doa dan solat ya. 🙂
9. Belajar Membuat Keputusan yang Memiliki Resiko Besar untuk Mendapatkan Sesuatu yang Lebih Besar
Perhitungkan antara peluang dan risiko yang akan Anda hadapi. Ambil secarik kertas dan mulailah merumuskan apa yang menjadi peluang dan apa yang menjadi risiko.
Bersyukur jika Anda memiliki atasan yang mau diajak berdiskusi. Sebagai atasan pasti ia memiliki pengalaman dalam mengambil keputusan-keputusan berat dan berisiko.
Baca juga: Cara Terlepas Dari Jeratan Hutang Kartu Kredit yang Membelit
Minta pendapat beliau mengenai apa yang menjadi pikiran dan bahan pertimbangan Anda. Analisa juga apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan Anda pada saat membangun dan menjalankan bisnis. Perlu dibuat perhitungan matematis sehingga hasil yang keluar lebih mudah diprediksi.
Semoga kesembilan hal di atas bisa bermanfat untuk Anda yang saat ini sedang membangun bisnis sambil bekerja. Jika ada masukan atau komentar mengenai tulisan ini, mohon sampaikan melalui kotak komentar di bawah artikel ini.
—
Bantu sebarkan tulisan di atas ke teman-teman Anda yang ada di sosial media Facebook, Twitter, Google Plus, LinkedIn, dan Path semoga bisa menjadi tulisan yang bermanfaat bagi mereka juga. Klik tombol share untuk membangikannya atau beri rate bintang jika Anda menyukai tulisan di atas.
Yakin tidak ingin bergabung dengan ratusan orang sebagai subscriber dari www.situstarget.com/blog? Daftarkan alamat email dan nama lengkap Anda di kotak berlangganan artikel di bawah tulisan ini. Gratis!
Setiap ada tulisan terbaru dari www.situstarget.com/blog tim kami akan memberitahukan kepada Anda melalui alamat email yang didaftarkan.