Ini Alasan Mengapa Dropout Kuliah Karena Bisnis Itu Tidak Keren!

Dilema Antara Dropout Kuliah dan Sukses di Bisnis

Hal pertama yang perlu saya sampaikan pada tulisan ini adalah artikel yang saya publikasikan ini bukan ditujukan untuk menyudutkan siapapun yang mungkin pernah mengalami kejadian serupa.

Tujuannya tidak lain hanya sebagai pengingat kebaikan dan membangun kesadaran penuh bagi teman-teman mahasiswa yang hari ini mungkin sedang memperjuangkan kesuksesan di dunia pendidikan dan bisnis.

Ada banyak kisah inspiratif di luaran sana yang menceritakan seorang mahasiswa dropout kuliah lalu sukses mendirikan perusahaan dan lebih memilih bisnis dibandingkan kuliah.

Saya yakin bahwa cerita yang sesungguhnya tidak sesederhana apa yang Anda baca di buku atau apa yang Anda dengar di radio. Bagaimana akhirnya mereka memutuskan untuk fokus di bisnis mereka dibandingkan kuliah.

Pada tulisan ini saya tidak ingin menyalahkan siapapun atau menjustifikasi bahwa pendapat ini yang paling benar. Jujur masa perkuliahan adalah masa di mana seseorang bisa berpikir dan bertindak secara dewasa.

Pada masa ini sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya (SMP-SMA). Berutung bagi mereka yang dapat memasuki jejang pendidikan tertinggi yaitu masa perkuliahan.

Baca juga: Inilah 7 Buku Wajib Baca bagi Calon Pengusaha dan Pengusaha Pemula

Mereka yang diterima di perguruan tinggi negeri seharusnya patut bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Bayangkan dari enam ratus ribuan pendaftar di tahun 2016 hanya 115.178 siswa yang diterima (sumber okezone).

Perjuangan selama kelas dua belas termasuk yang menguras tenaga dan pikiran. Mulai dari mempersiapkan ujian nasional, ujian akhir, sekolah, maupun test-test lainnya terkait perguruan tinggi.

Saya masih ingat betul bagaimana perasaan menjadi campur aduk ketika mendapatkan informasi melalui website. Isinya seperti ini “Selamat anda diterima sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia”.

Pada hari itu juga saya melihat raut muka dari kedua orangtua yang sangat amat bahagia dan penuh syukur. Sayangnya rasa syukur benar-benar menjadi seorang mahasiswa baru saya rasakan pada saat semester akhir.

Umumnya memang seperti itu karena sudah mau lulus dan di wisuda ya? Mungkin sebagian dari pembaca www.situstarget.com/blog pernah merasakan sensai yang serupa. Namun berbeda hal dengan pengalaman hidup saya ini.

Bersyukur Menjadi Seorang Mahasiswa di Semester Akhir

Mahasiswa yang mau lulus memang ada fase di mana mereka kembali kangen dengan kegiatan atau aktivitas kampus. Aktivitas kampus yang membuat suasana dekat antara mahasiswa satu dengan yang lainnya.

Semester akhir rata-rata kegiatan atau aktivitas di kampus menjadi berkurang drastis. Mungkin hal ini bagian dari rencana pihak kampus agar mereka fokus pada tugas akhir, skripsi, atau tesis mereka.

Terkadang ada celetukan mereka yang kurang lebih seperti ini: “Udah mau lulus aja nih padahal kayak baru kemarin jadi maba (mahasiswa baru) ya?” atau kaya gini “Wah ada yang mau ijab sah dulu nih sebelum pembagian ijasah”.

Moment di atas sangat membahagiakan sekali bagi mahasiswa tingkat akhir. Lain cerita dengan pengalaman hidup saya. Saya termasuk mahasiswa yang membangun bisnis sambil kuliah pada saat itu.

Sepucuk surat datang ke rumah pada semester lima lengkap dengan kop surat resmi dari Universitas Indonesia. Sebelum membaca lengkap isi surat, pada bagian atas terdapat perihal yang bertuliskan seperti ini:

Calon Mahasiswa Putus Studi

Ternyata surat itu adalah surat panggilan orangtua yang ditanda tangani oleh ketua program studi. Saya menjadi kandidat salah seorang mahasiswa yang akan di dropout kuliah dari UI.

Setelah membaca surat hingga selesai. Orangtua hanya tersenyum. Lalu bertanya mengapa hal semacam ini bisa terjadi? Padahal yang mereka ketahui saya terlihat berhasil menjalankan bisnis dan kuliah.

Kenyataannya saya lebih fokus pada bisnis dibandingkan kuliah. Faktor utamanya adalah tidak kemampuan diri saya dalam mengelola waktu, sumberdaya, dan tidak dapat menempatkan sesuatu pada tempat semestinya.

Setelah berbicang empat mata dengan orangtua. Lalu mama memberikan ultimatum kepada saya waktu itu seperti ini: Jika bisnis kamu berhasil namun kuliah kamu berantakan. Demi Allah, mama tidak ridho!.

Kurang dari dua minggu setelah ucapan itu terlontar. Akhirnya bisnis memang benar-benar runtuh, tidak lagi ada aset, malah menumpuk berbagai persoalan bahkan hutang.  🙂

Proses Recovery Setelah Bisnis Hancur Hingga Lulus Kuliah

Setiap orang pernah mengalami titik terendah pada fase kehidupan. Pada dasarnya tidak ada manusia yang mau merasakan suatu kegagalan dalam hal apapun itu. Pahit, menyedihkan, dan sangat mengusik ketentraman hati.

Pada titik ini tidak sedikit orang yang tergesa-gesa mengambil keputusan untuk segera mengakhiri hidup. Sebagian yang lain memilih mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan bermuhasabah diri.

Kehidupan kampus berubah sekali pada saat teman-teman angkatan sudah mengenakan topi toga. Saya masih tertatih-tatih menyelesaikan studi yang hampir mendekati deadline.

Kalau keluar dari line ya sudah dipastikan dead status sebagai mahasiswanya. Itu berarti dropout kuliah. Hari-hari menjadi seorang mahasiswa pada titik genting ini benar-benar sangat saya syukuri.

Bahkan setiap kali pergi ke kampus. Setelah memasuki gerbang utama yang biasa disebut dengan garbatama. Kendaraan yang saya bawa sengaja saya perlambat kecepatannya guna memperhatikan lingkungan sekitar.

Terlintas dalam benak pikiran, inilah kampus yang kata orang sebagai representasi dari Indonesia. Seleksi ketat, bahkan salah satu dosen pernah mengatakan: “Anda adalah mahasiswa pilihan”. Tapi kok kehidupan mahasiswa saya begini-begini saja ya? Tanya dalam hati.

Baca juga: Panduan Lean Startup untuk Para Pegiat Bisnis Startup

Di kiri dan kanan jalan dekat stasiun UI, banyak spanduk lengkap dengan foto-foto pembicara seminar nasional kenamaan, ucapan selamat atas mahasiswa berprestasi dan yang menang kejuaraan.

Ternyata euforia dan rasa bangga menjadi seorang mahasiswa yang katanya pilihan itu kandas seketika setelah melihat ke dalam diri. Salah satu sahabat saya pernah berkata seperti ini: “Jangan bangga keterima sebagai mahasiswa UI. Lulus dulu baru boleh berbangga hati”.

Ternyata setelah lulus meskipun terseok-seok. Kalimat di atas tidak berhenti sampai situ saja. Kelanjutan kalimatnya adalah “Jangan bangga lulus dari UI kalau tidak bisa memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa”.

Saya baru menyadari bahwa kampus adalah bagian dari sekolah kehidupan. Selama ini saya hanya berpikir bahwa kampus adalah tempat pendidikan formal semata.

Jadikan Kampus Bagian dari Sekolah Kehidupan Anda

Apa maksud dari sekolah kehidupan? Saya pernah menuliskannya pada artikel berikut ini: “Belajar Arti Hidup di Sekolah Kehidupan”.

Berikut ini saya gambarkan betapa beruntungnya Anda yang saat ini yang sedang kuliah di mana pun itu. Jika menjadikan kampus sebagai bagian dari sekolah kehidupan.

Dampaknya bisa luarbiasa sekali pada perkembangan diri Anda maupun bisnis yang saat ini sedang Anda jalankan. Perjuangkan dua kebaikan itu. Letih dan lelah jika niat Lillah (karena Allah) maka bernilai ibadah. 🙂

Jika memang sama-sama baik antara kuliah dan bisnis, mintalah kepada Allah agar mampukan diri kita dalam menjalankan kedua amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.

Di kampus ternyata saya menemukan mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi, tidak hanya prestasi akademiknya saja yang bagus. Mereka juga punya bisnis yang nilainya tidak main-main.

Ada ungkapan seperti ini: “Memutuskan diri untuk berbisnis sama saja mempersiapkan diri Anda untuk masuk ke dalam suatu masalah yang 100x lebih sulit daripada sekedar tugas UTS dan UAS di kampus. Namun apa yang Anda pelajari di lapangan 100x lebih berharga dibandingkan buku teks kewirausahaan apapun“.

Pilih Panutan (Role Model) yang Membawa Dampak Positif Bagi Kehidupan Kuliah dan Bisnis Anda

Cari panutan pengusaha yang memberikan dampak positif pada kehidupan sebagai mahasiswa dan pebisnis


Saya sendiri tertampar keras sekali pada saat mengetahui bahwa ibu Mooryati Soedibyo. Seorang ibu sekaligus pengusaha sukses yang membawa perusahaan Mustika Ratu bisa besar seperti sekarang ini dan go public.

Tidak hanya itu, beliau juga adalah seorang Wakil Ketua MPR pada saat itu. Di saat yang sama beliau sedang menyelesaikan progam doktor di usia 78 tahun.

Menurut prof. Rhenald Kasali pada saat beliau menjabat sebagai ketua program, beliau (ibu Mooryati Soedibyo) adalah mahasiswa yang tidak pernah absen perkuliahan.

Tahukah Anda bahwa beliau juga tercatat oleh MURI sebagai peraih gelar doktor tertua di Indonesia. Di sini saya ingin mengajak Anda untuk mencari role model (panutan/contoh) yang terbaik untuk Anda.

Baca juga: 9 Tips Membangun Bisnis Meskipun Sambil Bekerja

Jangan mau termakan oleh omongan atau pemikiran yang mengatakan bahwa sukses di bisnis waktu kuliah itu harus mengalami dropout kuliah terlebih dahulu.

Ada banyak kok pengusaha yang sukses di bisnis dan bisa juga lulus dari tempat kuliahnya. Sebut saja Sergey Brin, Larry Page, Chairul Tanjung, Mooryati Soedibyo, Sandiaga Uno, Jeff Bezos (Founder Amazon), Gordon Moore (Founder Intel), Reed Hastings (Co-founder Netflix), Pierre Omidyar (Founder eBay), Phil Knight (Co-founder Nike), Oprah Winfrey (Founder Harpo Productions), Jerry Yang (Co-founder Yahoo!), Fred Smith (Founder FedEx), Chad Hurley (Co-founder YouTube), Bob Parsons (Founder GoDaddy).

Ada masih banyak sekali pengusaha yang sukses dan menjadi orang terkaya di Indonesia bahkan di dunia. Ternyata mereka berhasil membangun kerajaan bisnis mereka dan lulus kuliah. Coba pikirkan lagi bagi mereka yang berencana dropout dari kuliahnya karena alasan bisnis. 🙂

Realita Sesungguhnya Setelah Dropout dari Kampus

Realita yang sesungguhnya pada saat usai dropout kuliah, belum tentu membuat bisnis/usaha Anda lancar atau mengalami akselerasi. Apa lagi mereka yang terhitung masih pengusaha pemula.

Bisnis masih merintis, usianya juga baru berjalan kurang dari 5 tahun, belum ada support system yang memadai, keterbatasan sumberdaya terutama pada sisi manusianya yaitu kapabilitas Anda sendiri.

Terlalu berisiko jika meninggalkan bangku kuliah untuk sesuatu hal yang belum secara matang dipersiapkan. Nanti kita akan bahas juga apa yang menjadi syarat seseorang boleh dropout kuliah dan lebih baik untuk fokus di bisnis saja.

Tentu ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak mutlak, tapi setidaknya bisa menjadi rambu-rambu untuk Anda. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan diri untuk dropout dari perkuliahan.

Mematangkan Ide Bisnis Mumpung Masih Berstatus Mahasiswa

Ide bisnis dengan peluang bisnis terkadang bagai bumi dan langit. Ada banyak bisnis yang gagal karena hanya berangkat dari sebuah ide tanpa sebuah proses validasi.

Peluang bisnis yang berhasil dieksekusi tidak hanya berangkat dari ide/gagasan bisnis saja, tetapi juga dari sebuah rangkaian test yang disebut dengan test NERCM (Need, Experience, Resources, Customers, dan Model).

Baca juga: Business Model Canvas untuk Penggiat Startup Indonesia

Jadi ide tidak hanya sekedar berdasarkan asumsi harus dibuktikan kebenarannya. Apakah sebuah produk yang Anda buat itu benar-benar dibutuhkan dan bisa menjadi solusi bagi orang lain?

Pertanyaan lain, yaitu apakah Anda memiliki pengalaman yang memadai? Apakah sumberdaya yang dimiliki cukup untuk menjalankan operasional? Bagaimana dengan kesedian pelanggan dalam membeli produk Anda?

Dan bentuk business model seperti Anda yang nantinya akan Anda jalankan? Butuh waktu yang tidak sebentar untuk menemukan formula yang tepat untuk bisnis dan juga cocok dengan karakter diri Anda sendiri.

Saat ini dikampus banyak sekali pelatihan-pelatihan kewirausahaan dari BEM, perlombaan wirausaha dari perusahaan swasta untuk mahasiswa, mata kuliah yang membahas kewirausahaan, dan lain-lain.

Baca juga: 11 Tips agar Menjadi Pengusaha Paling Produktif

Beruntung masih jadi mahasiswa sehingga konsep atau ide bisnis masih bisa diperbaiki, dirombak, atau diteliti lebih lanjut.

Perubahan pada ketiga hal tersebut kalau dilapangan sudah pasti ada konsekuensi nilai ekonomi yang harus ditanggung oleh si pelaku usaha.

Inilah salah satu poin yang harus disyukuri oleh mahasiswa yang pada saat kuliah sambil membangun kerajaan bisnisnya. Yakin masih mau dropout kuliah?

Seorang Pengusaha Itu Bukan Dilahirkan Tapi Diciptakan

Anda pasti pernah mendengar istilah di atas bukan? Bahwa menjadi pengusaha itu tidak hanya berbicara soal bakat tetapi juga karena faktor pembentukan diri (learning and growth).

Artinya setiap orang bisa menjadi seorang pengusaha. Namun jadi pengusaha yang sukses, bakat saja tidak cukup. Di kampus ada banyak sekali fasilitas yang bisa Anda gunakan untuk mengembangkan kemampuan Anda.

Saya sendiri jujur tidak termasuk orang yang suka dengan organisasi kampus. Ada hal menarik yang saya amati melihat teman-teman yang ikut organisasi kemahasiswaan.

Kemampuan leadership, public speaking, dan koneksi mereka rata-rata di atas mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang). Dahulu saya termasuk mahasiswa dalam kategori ini di semester-semester awal.

Baca juga: Perbedaan Antara Leader dengan Bos

Bisa kebayang ga si kalau pas jadi pengusaha tidak pernah jadi pemimpin dalam skup yang lebih kecil? Lantas harus memimpin orang yang lebih tua atau mereka yang lebih muda usianya.

Beda generasi itu beda cara pemikiran, pemahaman, karakter, dan seterusnya. Seni inilah yang bisa dipelajari jika Anda sebagai mahasiswa aktif di organisasi kampus atau kegiatan non-organisasi kampus.

Leadership di dalam sebuah manajemen bukan hanya dimiliki oleh seorang supervisormanager atau bos saja. Setiap orang harus memiliki kemampuan leadership dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Karena bagaimana mungkin ia bisa menjadi bahawan atau karyawan yang baik jika memimpin dirinya sendiri untuk disiplin atau taat pada atasan saja tidak mampu.

Membangun Jaringan Profesional dan Menemukan Mentor

Salah satu hal yang paling saya syukuri pada saat menjadi seorang mahasiswa adalah saya bisa diskusi bebas dan berlama-lama dengan dosen favorit yang bisa dijadikan mentor tanpa membayar mereka secara profesional.

Di kampus tidak semua dosen berasal dari kalangan akademisi tetapi juga ada sebagian dari mereka yang berasal dari kalangan praktisi. Setelah lulus hal ini baru terasa.

Terkadang saya bingung dengan permasalahan bagaimana membuat konsep marketing yang efektif, tidak mengerti bagaimana membuat website, tidak tahu bagaimana membuat business plan, atau hal lainnya.

Saya tinggal mencari dosen atau mahasiswa yang memiliki kompetensi dibidangnya. Lalu bertanya dengan mereka banyak hal terkait ini dan itu (proses bisnis).

Sepengetahuan saya di kampus tidak ada dosen yang meminta tarif tambahan kepada mahasiswanya pada saat ada seorang mahasiswa yang bertanya sesuatu kepadanya. Selama statusnya mahasiswa ya gratis saja meskipun beda kelas atau antar fakultas.

Baca juga: Mengapa Pelatihan Bisnis Itu Diperlukan?

Lain cerita kalau sudah alumni. Misalnya ketemu dengan mereka pada saat menjadi pembicara atau narasumber di acara seminar, workshop, atau training.

Ternyata pelatihan-pelatihan tersebut biayanya tidak murah untuk diikuti. Dosen praktisi, dosen akademisi, alumni, mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi baik secara akademik maupun di bisnis mereka.

Kesemuanya bisa Anda jadikan jaringan profesional yang bermanfaat kelak suatu saat setelah lulus nanti. Jaringan profesional ini dibentuk sejak Anda berstatus sebagai seorang mahasiswa tentunya.

Enaknya punya mentor yang memang ahli dibidangnya adalah Anda tidak perlu lagi menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan kegiatan riset. Selain itu juga saran/nasihat dari mereka bisa memperkokoh pondasi bisnis Anda.

Mereka juga terkadang tidak hanya memberikan sebuah nasihat, saran, atau berupa larangan yang bermanfaat untuk Anda terapkan di kegiatan bisnis.

Baca juga: Manfaat Silaturahmi Dalam Dunia Bisnis

Ada juga sebagian dari mereka yang rela berbagi relasi guna menghubungkan Anda dengan  orang-orang penting yang dapat membantu percepatan bisnis anda.

Bahkan ada juga yang secara suka rela membantu Anda mencarikan pendanaan atau memberikan pendanaan di bisnis yang sedang Anda jalankan.

Tidak sedikit dari mereka juga yang mau turun gunung atau istilahnya terjun langsung ke lapangan untuk membantu Anda dalam hal kegiatan produksi, distribusi, maupun promosi! Beruntung ya jadi mahasiswa! Alhamdulillah. 🙂

Kampus Tempat Menemukan Pelanggan, Mitra Bisnis, Bahkan Co-Founder

Beberapa teman saya ada yang menemukan co-founder-nya berawal dari update status di Twitter. Ada yang dapat teman dari satu jurusan, ada yang sudah berlainan fakultas.

Tidak hanya itu. Bisnis yang mulai tumbuh juga membutuhkan tenaga yang lebih banyak dalam mengelolanya kan? Ditahap awal mungkin teman sebangku Anda bisa menjadi karyawan pertama di perusahaan Anda kelak.

Ide bisnis Anda juga bisa divalidasi dengan cara memberikan penawaran kepada teman-teman mahasiswa. Jika mereka mau membeli produk dari Anda maka itu salah satu pertanda bahwa produk atau jasa yang Anda tawarkan ada peminat dan pasarnya.

Mereka biasanya juga dengan senang hati akan memberikan feedback terkait produk yang Anda tawarkan. Baik pada saat mereka menyukai produk yang ditawarkan maupun yang tidak.

Ketika sebuah produk berhasil diterima oleh kalangan mahasiswa. Produk yang ditawarkan bisa saja menjadi viral di kalangan mahasiswa. Mereka sangat senang berbagi sesuatu hal yang baru atau apa yang mereka sukai di jejaring sosial.

Akses Keilmuan dan Sumber Daya yang Bernilai dengan Cuma-cuma!

Kampus memiliki segudang sumber daya yang Anda butuhkan di bisnis namun bisa Anda pakai secara cuma-cuma. Fasilitas mulai dari ikut pelatihan kewirausahaan dari BEM, akses ke buku-buku berkualitas di perpustakaan, akses internet gratis, sharing dengan profesor, akses lab komputer, ruang pertemuan gratis, dan masih banyak lagi.

Belum lagi soal kerjasama dengan teman yang memiliki keahlian tertentu. Misalnya ada mahasiswa yang ahli IT atau jago desain dan Anda butuh keahliannya untuk membuat sebuah logo dan website.

Anda bisa meminta bantuannya untuk mendesainkan atau membuatkan website tersebut namun dengan harga teman. Selain itu juga, teman Anda bisa jadi pelanggan pertama dari usaha yang Anda jalankan.

Ya, bisa teman kampus beda fakultas, universitas, teman satu kelas, teman satu kosan, atau siapa saja yang mungkin pada awalnya mereka hanya membeli barang dari Anda.

Baca juga: Ingin menjalankan bisnis bersama teman, perhatikan hal-hal berikut ini dulu!

Lalu mereka memakai dan mengunggah foto dari produk Anda ke akun sosial media. Baik itu Facebook, Instagram, Twitter, dan seterusnya. Anda tidak perlu membayar biaya promosi tambahan untuk hal semacam ini.

Kesempatan lebar juga terbuka bagi alumni pada saat diminta menjadi narasumber di kampus. Alumni ini diminta berbagi mengenai keilmuan wirausahanya kepada para mahasiswa atau adik kelasnya.

Secara tidak langsung ini adalah ajang untuk mempromosikan bisnis yang sedang ia jalankan. Kata kuncinya ada pada kata alumni. Hal ini menandakan berarti Anda harus lulus kuliah dahulu.

Jadi yakin tetap mau dropout kuliah karena alasan bisnis?

Sarjana Kertas vs Sarjana Berkualitas

Terakhir bagaimana jika bisnis yang dijalankan ternyata gagal? Saya yakin setelah banyak proses yang Anda lalui pada tahapan yang sebelumnya, akan membuat diri Anda saat ini lebih bernilai daripada yang lain.

Gagal karena mengambil suatu tindakan (berbisnis misalnya) dengan yang hanya berdiam diri (buang waktu, tidak mengambil tindakan sesuatu yang berarti/bermanfaat) itu beda.

Orang yang pertama bisa jadi gagal yang termasuk bagian dari kesuksesan yang tertunda. Gagal tipe yang kedua itu hanya berupa penyesalan.

Saat menjalankan bisnis meskipun gagal. Hal itu menandakan bahwa diri Anda termasuk orang yang proaktif, kreatif, dan memiliki sifat good driver (selengkapnya baca buku self driving dari Prof. Rhenald Kasali).

Ketiga ciri-ciri tersebut termasuk yang dicari oleh perusahaan di luaran sana. Ada mindset yang keliru tentang dunia kampus yang sebagian mahasiswa yakini bahwa pemikiran ini benar.

Ada anggapan bahwa jika berhasil kuliah di universitas kenamaan di Indonesia itu berarti sudah memegang kunci sukses diterimanya mahasiswa di dunia kerja.

Baca juga: Mengenal Good dan Bad Problem

Nyatanya mindset itu keliru dan tidak sepenuhnya benar. Saat ini kompetisi di dunia kerja tidak memandang latar belakang dari nama besar sebuah universitas.

Sarjana kertas adalah kumpulan mahasiswa yang memandang bahwa dengan gelar sarjana, sertifikat, dan ijasah. Ia sudah menggapai dunia dan ia merasa bahwa tiket kesuksesan telah berada di genggaman tangannya.

Kalau sudut pandangnya sudah seperti itu. Segala macam cara dihalalkan untuk mendapatkan ijasah. Maunya instan untuk mendapatkan ijasah. Termasuk beli ijasah online agar ada perusahaan yang mau menerima lamaran kerjanya.

Sedangkan sarjana berkualitas, ia fokus pada penempaan diri sehingga memiliki kompetensi (keterampilan, pengetahuan, dan attitude).

Pada akhirnya industri dapat melihat mana mahasiswa yang berkualitas, mana yang hanya sebagai sarjana kertas. Mahasiswa yang memiliki jiwa entrepreneurship selalu unggul dibandingkan yang sekedar sarjana kertas.

Sekarang mari kita bahas apa syarat seorang mahasiswa boleh dropout dari kuliahnya? Tentu hal ini hanya sebagai rambu-rambu saja. Realita yang sesungguhnya bisa saja membuatnya menjadi lebih kompleks.

Boleh Dropout Kuliah Karena Bisnis dengan Syarat…

Saya percaya bahwa kesuksesan dan kegagalan itu sama-sama memiliki sebuah pola. Pola tersebut bisa dipelajari oleh orang lain. Sebelum benar-benar memutuskan untuk dropout kuliah.

Berikut ini hanya sebuah saran yang bersifat peringatan saja. Jangan sampai pengorbanan sia-sia lantaran keliru membaca pola. Di kondisi yang real mungkin saja lebih kompleks dan butuh lebih banyak perhitungan dan pertimbangan.

#1 Boleh Dropout Kuliah Asal Mendapatkan Persetujuan dari Orangtua

Semua orangtua pasti mengenal karakter dari anaknya masing-masing. Sebagian yang lain memperbolehkan anak dropout kuliah karena ingin fokus mengembangkan bisnis. Bisnisnya semakin hari semakin menghasilkan.

Di sisi lain peranan anak menjadi tulang punggung keluarga. Ridho orang tua itu sangat amat penting di segala sisi kehidupan. Jika orangtua ridho terhadap apa yang anak lakukan. InsyaAllah segalanya terasa menjadi mudah.

Tapi kalau dropout kuliah tidak disertai dengan ridho dari orangtua, yang terjadi hanya menimbun masalah, ketidak berkahan pada harta, waktu habis mengerjakan ini itu tapi hasil nothing, punya hutang, dan lain-lain.

Orangtua juga tidak melihat bisnis yang dijalankan oleh anak, semata-mata karena hasil. Mereka punya penilaian tersendiri mengenai sikap, kedewasaan, nilai agamis, bertutur kata, keprofesionalan, dan aspek penting lainnya.

Buktikan karena bisnis, diri Anda menjadi lebih baik ke keluarga maupun ke masyarakat sekitar. Bukan malah sebaliknya dengan tampil perlente, konsumtif, hedonisme, dan hidup dengan gaya suka-suka gue.

Jika orangtua masih mampu untuk membiayai kuliah dan keluarga. Seorang anak baiknya mengikuti kemauan orangtua. Konsekuensinya anak harus pandai mengatur waktu, membuat skala prioritas, dan lebih cape tentunya.

Karena menjalankan peran sebagai anak, mahasiswa, dan pebisnis. Banyak juga orang sukses yang mengambil tanggung jawab lebih sehingga hidupnya dihabiskan untuk sesuatu hal yang positif dan produktif.

Jika lampu hijau untuk dropout kuliah didapatkan dari orangtua. Pegang amanah ini dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya jika tidak mendapatkan ridho, lakukan yang terbaik guna membahagiakan mereka.

#2 Dropout Kuliah Boleh Jika Anda Yakin Bahwa Diri Anda Termasuk yang Di Atas Rata-rata

Mark Zuckerberg dan Bill Gates menjadi favorit anak-anak muda untuk membuat alasan dropout kuliah dan bermimpi di kemudian hari bisa seperti mereka. Padahal kita semua memiliki takdirnya masing-masing.

Dua orang ini dropout kuliah bukan karena mereka malas atau bodoh. Coba suatu saat nanti Anda apply beasiswa ke Universitas Harvard. Seleksi masuk universitas tersebut sudah pasti lebih ketat dibandingkan ITB, UI, UGM.

Secara kualitas mereka bukan mahasiswa yang sembarangan dan termasuk kategori di atas rata-rata. Selanjutnya tingkat kesulitan pada proyek yang mereka buat juga sudah melebihi tugas akhir, skripsi, dan tesis.

Mereka bahkan meciptakan sesuatu hal yang baru. Pemikiran mereka sudah melebihi kurikulum perkualiahan baik secara teori maupun praktik pada saat itu.

Sebagian mahasiswa ada yang menggunakan alasan di atas untuk bermalas-malasan kuliah. Apa yang mereka lakukan? Main pe-es di kosan atau nonton bola bareng teman.

Lalu mereka berkata: “Slow men, Bill Gates aja droput kuliah bisa sukses”. Beda ya antara mengerjakan sesuatu hal yang produktif dengan yang buang-buang waktu. Jadi jangan jadikan alasan di atas untuk bermalas-malasan. 🙂

#3 Sebelum Dropout Kuliah Pertimbangkan juga Faktor X

Ada banyak faktor yang tidak atau belum tercover oleh tulisan-tulisan di atas. Seperti berbicara bagaimana peluang dan risiko usaha yang Anda jalankan. Apakah bisnis yang Anda jalankan termasuk dalam tren sementara atau bersifat jangka panjang.

Bagaimana dengan kemampuan diri Anda terkait manajerial dan proses. Momentum untuk meluncurkan sebuah produk atau mendirikan perusahaan apakah bisa berdampak positif, biasa saja, atau malah cenderung negatif. Siapkah tim berkomitmen karena hitungannya masih perusahaan baru dengan keterbatasan di mana-mana.

Faktor X ini hanya Anda sendiri yang mengetahuinya. Pertimbangakan faktor X dengan matang. Jangan hanya nafsu ingin cepat kaya terus memilih dropout kuliah. Karena tidak jadi pengusaha pun bisa kaya juga. Di sini pentingnya Anda jujur pada diri Anda sendiri, bercermin, dan berusaha menurunkan ego.

Selain yang bersifat internal, faktor X juga memperhitungkan bagaimana kondisi lingkungan, pasar, kompetitor, regulasi dari pemerintah, dan seterusnya. Artinya perhitungkan juga tentang bagaimana kondisi eksternal. Keputusan besar harus disertai pertimbangan dan penilaian yang matang. Bukan sekedar mengikuti feeling.

Kesimpulan

Ada banyak hal yang bisa Anda syukuri saat ini. Salah satunya yaitu peran sebagai mahasiswa dan pebisnis muda. Beruntung sebagai mahasiswa karena mendapatkan ilmu pengetahuan secara teori di kampus.

Lalu sebagai pebisnis muda, Anda bisa mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang ada di kampus dalam situasi yang lebih nyata di lapangan.

Ilmu pengetahuan itu ibarat sebuah titik-titik, sedangkan pengalaman yang menghubungkan titik-titik tersebut menjadi sebuah gambar yang jelas dan nyata. Sehingga orang lain pun bisa melihat gambar tersebut secara utuh.

Mereka yang memutuskan diri untuk menjadi seorang pebisnis punya konsekuensi tersendiri di kehidupannya. Dropout kuliah bukan jadi syarat mutlak untuk sukses di bisnis.

Bahkan untuk memutuskan untuk dropout kuliah itu butuh pemikiran yang matang, serta kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Tidak serta merta karena ingin ikut atau meniru kehidupan seseorang.

Tulisan ini hanya sebagai masukan yang semoga bermanfaat untuk pembaca www.situstarget.com/blog. Setelah usaha sudah maksimal dilakukan dan Anda berada dipersimpangan jalan.

Apakah memutuskan diri keluar atau tetap melanjutkan kuliah sambil berbisnis. Rambu-rambu di atas pun serta masukan dari orang yang lebih ahli (orangtua, keluarga, dosen, praktisi, dst) telah Anda pertimbangkan.

Mintalah petujuk dari Allah dengan melaksanakan sholat istikhoroh. Lalu putuskan apakah dropout kuliah itu jalan yang terbaik atau tetap melanjutkan kuliah hingga selesai.

“Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah, seandainya Engkau tahu bahwa masalah ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku dan jalan hidupku, jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagiku dan berkahilah aku di dalam masalah ini. Namun jika Engkau tahu bahwa masalah ini buruk untukku, agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan masalah itu dariku. Tetapkanlah bagiku kebaikan di mana pun kebaikan itu berada dan ridhailah aku dengan kebaikan itu”. (Hadits riwayat Al Bukhari)

Apakah tulisan di atas bermanfaat apabila Anda bagikan di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Google Plus, LinkedIn, dan Path untuk teman-teman Anda?

Jika iya, mohon bantu sebarkan tulisan di atas melalui tombol share yang ada di bagian bawah artikel ini. Semoga menjadi tulisan yang bermanfaat dan amal bagi yang membangikan tulisan ini.

Tidak ingin ketinggalan tulisan terbaru dari www.situstarget.com/blog? Daftarkan nama lengkap dan alamat email Anda di kotak berlangganan artikel yang tersedia di bagian kanan maupun di bagian bawah situs ini.

Setelah proses pendaftaran usai jangan lupa untuk melakukan konfirmasi pendaftaran. Caranya yaitu dengan mengklik link yang dikirimkan oleh sistem kami ke alamat email yang telah didaftarkan sebelumnya.

About The Author

Gabung Bersama +30.000 Pembaca Kami!

Daftarkan email anda untuk mendapatkan artikel terbaru dari Situstarget.com.

Proses pendaftaran hampir selesai, mohon cek email Anda dan Klik tombol konfirmasi.

Pin It on Pinterest

Share This